Sabtu, 01 Desember 2012

Peragaan Busana, Upaya Pemkab Melestarikan Batik Banjarnegara


Banyak cara yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara untuk mempromosikan Batik Gumelem. Salah satunya adalah “Gebyar Pesona Citra Batik Banjarnegara” yang baru saja digelar di Pendopo Dipayuda Adigraha Sabtu (1 Desember 2012).
Kegiatan yang dikaitkan dengan peringatan HUT Korpri ke-41, mendapat sambutan meriah dari penggemar batik di Banjarnegara. Hal itu terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 243 orang, terdiri dari peserta kategori A (Kepala Dinas) sebanyak 93 orang, kategori B (Karyawan dan karyawati) sebanyak 150 orang.
Ketua panitia penyelenggara H. Eko Djuniadi mengatakan, Gebyar Pesona Citra Batik Banjarnegara bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya Banjarnegara, khususnya batik. Memberikan aspirasi seni sebagai pendukung terwujudnya pesona wisata.
Dikatakan, untuk peserta dengan Kategori A adalah terdiri dari para Staf Ahli Bupati, para Asisten Sekda, Kepala Bagian dilingkungan Setda, Kepala SKPD, Camat, Kepala Instansi Vertikal, Kepala BUMN/BUMD, Perbankan, Kepala UPT. Dindikpora Kecamatan dan lurah se Kabupaten Banjarnegara.
Sedangkan untuk kategori B, pesertanya adalah perwakilan SKPD, Bagian di lingkungan Setda, Kecamatan, Instansi Vertikal, BUMN/BUMD, Perbankan, dan UPT. Dindikpora Kecamatan yang masing-masing mengirimkan 2 peserta putra dan putrid.
Unsur yang dinilai adalah keserasian busana yang dikenakan, penguasaan catwalk/panggung, tat arias wajah dan rambut serta penampilan secara keseluruhan. Adapun tim penilai diambilkan dari yuri yang memiliki kredibilitas dibidangnya terdiri dari akademisi, pakat/pengamat batik dan professional.
Lomba yang berlangsung hingga sore hari, akhirnya tim yuri menetapkan peserta dengan Nomor undi 17 atas nama H. Wawang A. Wahyudi dari Bawasda Kabupaten Banjarnegara sebagai peraih juara I untuk kategori A. Sedangkan untuk juara II dan III masing-masing adalah H. Eko Djuniadi dari Dindukcapil serta Djoharti dari UPT. Dindikpora Kecamatan Rakit.
Sementara untuk peserta kategori B putra juara I diraih oleh Suyitno dari Bagian Umum Setda Banjarnegara, juara II Lulus Awaludin Fatlulloh dari Dinhubbun, dan juara III Sudaryo dari Dinhubpar Banjarnegara. Sedangkan di bagian putri juara I diraih Nian Susanti perwakilan dari Bayangkari, juara II Erlinah dari Bagian Organisasi Setda dan juara III diraih Diah Ayu Pramono dari Bagian Pemerintahan Desa Setda Banjarnegara. Kepada para pemenang, panitia HUT Korpri ke-41 menyerahkan Tropi, piagam dan uang pembinaan.
Selain lomba busana, di sekitar Pendopo Dipayuda Adigraha digelar pula produk potensi lokal seperti pameran batik, serta produk kerajinan dan makanan unggulan Banjarnegara dari para pengusaha kecil menengah. Hadir dan menyaksikan acara tersebut Wakil Bupati Banjarnegara H. Hadi Supeno, dan unsur Muspida (s.bag)

Tulisan Terkait Kategori:

Kamis, 22 November 2012

Belajar Sukses dari Sukini, Pengusaha Keripik Tempe “Suka Nicky”


Diawali dengan kondisi ‘terdesak’ secara ekonomi, dengan  memaksimalkan ruang berupa gubuk di sawah berukuran 3 X 4 meter di sawah, Sukini (44), warga Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro mengawali bisnis rumah tangganya.
Tepatnya lima tahun yang lalu (tahun 2007) ketika usahanya mulai dirintis, dia hanya memanfaatkan peralatan tradisional untuk mengolah seriping pisang. Sejalan dengan perkembangan usahanya, kini dia telah menemukan ‘core’ bisnis yang tepat, yaitu keripik tempe dengan label kebanggaannya “Suka Nicky”.
Bu Sukini, panggilan akrabnya, menceritakan bahwa kisah suksesnya adalah sebuah proses yang cukup panjang. Usai mengakhiri masa lajangnya, tahun 1988, perempuan yang menyukai dunia masak memasak ini tidak memiliki pekerjaan tetap.

Senin, 19 November 2012

Belajar Salak Organik dari Pak Niman


Inovasi apapun dalam pertanian harus menjamin keadilan bagi petani. Banyak inovasi teknologi selama ini memperluas kesenjangan antara petani miskin dan kaya karena tidak diatur oleh institusi lokal.
Akibatnya petani kehilangan hak menggunakan dan mengadaptasi pengetahuannya sendiri. Pertanian organik, apabila dilaksanakan dengan prinsip perubahan paradigma tersebut dapat membangun kembali jati diri petani (ada pertanian organik dan monokultur yang dikuasai perusahaan besar, ini yang perlu diwaspadai).
Pertama, inovasi petani dalam pemuliaan benih diakui dalam gerakan pertanian organik. Kedua, proses sosio-kultural juga diakui walaupun pengembangan institusinya masih lemah. Terakhir, yang paling penting, pertanian organik bisa mendorong petani untuk menghasilkan pangan yang sehat bagi dirinya dan keluarganya sendiri dulu, sehingga mereka mendapatkan haknya sebelum menjual sisanya ke pasar. Tetapi gerakan pertanian organik belum terlalu mampu mengubah citra petani. Jadi hak petani untuk dihormati sebagai petani masih belum tercipta. Kisah tentang Pak Niman ini mungkin bisa menjadi inspirasi bagaimana seorang petani bercerita tentang inovasi dan kemandirian yang akan mengantarkannya pada kesuksesan, sebuah upaya untuk mengembalikan citra bahwa profesi petani layak dihormati dan diperhitungkan.

Mengenal Batik Gumelem Melalui Sejarahnya


Bicara Batik Gumelem tak mungkin melewatkan sejarah kemunculannya. Sampai saat ini belum ada penelitian yang secara khusus menguak sejarah Batik Gumelem. Ada beragam versi tentang kemunculan batik di Gumelem.

Namun ada dua versi yang banyak dijadikan rujukan bagi pihak-pihak yang ingin tahu tentang Batik Gumelem. Sebagai warga Banjarnegara, semangat saja ternyata tidak cukup untuk bisa mencintai dan’nguri-uri’  Batik Gumelem. Karenanya kita perlu mengetahui sejarahnya supaya bisa lebih mencintai produk asli khas Banjarnegara ini.
Dalam Buku ”20 Tahun Gabungan Koperasi Batik Indonesia” yang diterbitkan sekitar tahun 1968, Sejarah Batik Gumelem masih terkait erat dengan Batik Sokaraja atau Batik Banyumas. Sejarah Batik Banyumas dimulai sejak pengungsian para keluarga raja dan pengikut Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta yang terdesak oleh Kompeni Belanda. Setelah perang usai pada tahun 1830, para keluarga raja dan pengikut Diponegoro memilih menetap di pengungsian daripada harus kembali ke keraton yang belum jelas jaminan keamanannya.

Jumat, 09 November 2012

Kalangan Pendidik Agar Ikut Menyukseskan Program Green School di Banjarnegara


Sekretaris Daerah Drs. H. Fahrudin Slamet Susiadi, M.Si mengharapkan kepada kalangan pendidik di Kabupaten Banjarnegara untuk mau menyukseskan program dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, tentang Green School atau sekolah hijau.
Hal tersebut dikemukakan oleh Sekda dalam rapat koordinasi Kepala SMP/MTs, SMA/MA/SMK serta Kepala UPT. Dindikpora se Kabupaten yang berlangsung di ruang rapat Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara (Kamis 8 Oktober 2012).
Dikatakan, program Green School dengan moto “Satu siswa Satu pohon” secara serentak akan dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2012 bersamaan dengan peringatan Hari Menanam Nasional”. Dalam pelaksanaannya nanti, siswa kelas I sampai kelas III bisa menanam pohon di dalam pot, sedangkan siswa kelas IV sampai kelas VI diharapkan sudah bisa menanam jenis pohon keras. Selengkapnya Klik Disini. (s.bag).

Selasa, 30 Oktober 2012

Baru Berdiri Dua Tahun, Batik Wardah Langsung Berkembang

Batik Banjarnegara dengan pusatnya di Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon, serta Desa Panerusan Wetan Kecamatan Susukan hingga saat ini telah mengalami perkembangan positif, menyusul dengan banyaknya pesanan dari para kolektor. Maka tak ayal jika jumlah pengrajin batik yang semula hanya tinggal 22 orang pada tahun 2003 kini jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 200 Orang.

Himbuan dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tentang penggunaan pakaian batik bagi semua Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2004, nampaknya menjadi penyebab terjadinya peningkatan jumlah pengrajin tersebut

Minggu, 28 Oktober 2012

Siswa SDN 1 Krandegan Latihan Berqurban

Pelaksanaan penyembelihan hewan qurban sebagai rangkaian dari ibadah perayaan Hari Raya Idul Adha di Banjarnegara nampak cukup semarak menyusul banyaknya hewan qurban yang disembelih untuk kemudian di bagi-bagikan kepada yang berhak.

Dari pantauan Suara Srikandi, proses penyembelihan hewan qurban rata-rata diselenggarakan selama dua hari, yaitu Jum’at 26 Oktober dan Sabtu 27 Oktober 2012, mengingat jika dilaksanakan pada hari Jum’at penyembelihan hewan qurban tidak bisa maksimal karena terpotong adanya ibadah sholat Jum’at.